Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah

Kamis, 09 Desember 2010

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969).

Kehadiran konselor di sekolah dapat meringangkan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:

  1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru
  2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar mengajar
  3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif
  4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.

Tujuan Bimbingan Di Sekolah

Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:

  1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi
  2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
  3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani
  4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi
  5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.

Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :

  1. Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
  3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
  4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.

Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.

Bimbingan belajar

Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:

  1. Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
  2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
  3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
  4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
  5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran

Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:

  1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
  2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.

Bimbingan sosial

Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :

  1. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
  2. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
  3. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu

Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain :

  1. Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
  2. Bakat dengan aspirasi lingkungannya
  3. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
  4. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
  5. Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
  6. Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.

Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :

  1. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
  2. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
  3. Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
  4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
  5. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.

Landasan Bimbingan dan Konseling

Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasang-landasan utama dan prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:

  1. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
  2. Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu
  3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang dibimbing
  4. Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
  5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
  6. Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
  7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah

Prinsip-prinsip umum

Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:

  1. Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
  2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu
  3. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya

Prinsip-prinsip yang berhubung dengan individu yang dibimbing (siswa)

  1. Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus berdasarkan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa tersebut.
  2. Pelayan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas
  3. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbingan tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serba berbagai kemungkinannya, dan keputusan mana yang akan diambil diserahkan sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunyai tanggung jawab penuh keputusan yang diambilnya itu
  4. Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak hanya berguna pada waktu pemberian layanan itu saja, tetapi jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembimbing semakin berkurang.

Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan

  1. Konselor di adalah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya di kualifikasi tersebut dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya baik masalah-masalah yang dalam pemecahannya memerlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.

Asas Kerahasiaan

Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan asas “ kunci” dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah –masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan atau pemecahan masalah oleh klien tersebut.


Asas Keterbukaan

Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan pikiran dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya dan konselor pun dapat menerima dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan yang dikemukakan terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh klien. Namun demikian suasana keterbukaan ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan persoalannya.

Asas Kesukarelaan

Koselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilamana konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu dari lain hal, seperti tidak cukup waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan oleh waktu yang lain, badan yang tidak enak, sedang punya masalah yang agak serius. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan ini tidak terwujud, kalau mereka paksakan untuk konsultasi. Sebaliknya bila klien tidak mau dengan sukarela mengemukakan permasalahannya, maka konsultasi itu tidak mungkin berlangsung secara efektif. Hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan kesan klien yang kurang baik terhadap konselornya sehingga maslah-masalah yang dihadapi enggan disampaikan kepada konselor.

Asas kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat keunikanya manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.

asas kedinamisan

Asas layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang baik. Sesuai dengan sifat keunikannya manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahna yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.

Asas Keterpaduan

Kepribadian klien merupakan suatu organisasi dari berbagai macam aspek. Dalam memberikan layanan pada klien, hendaknya selalu memperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila terwujud keterpaduan aspek-aspek ini akan menimbulkan masalah baru.

Disamping keterpaduan layanan yang diberikan, konselor harus juga memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan jangan sampai terjadi timbulnya keserasian atau pertentangan dengan aspek layanan lainnya.

Asas kenormatifan

Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan bagi individu-individu yang bimbing baik penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang bahas dalam konseling.

Asas konseling

pelayanan bimbingan konseling adalah bersifat profesional, oleh karena itu, tidak mungkin dilaksankana oleh orang-orang yang tidak didik atau dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Pelayanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus, maka konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar profesional

Asas alih tangan

asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak tepat. Konselor bukan tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam memberikan pelayanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut diluar bidang keahliannya. Maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada yang lain. setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.

Asas Tutwuri Handayani

setelah klein mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya diluarlayanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dirasakan, dan terciptalah hubungan yang harmonis antara konselor dan klien. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan.

Orientasi Layanan bimbingan dan Konseling

Orientasi individual

Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an sebagainya. Menurut Willer Man (1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil terjadinya perbedaan individu. Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat menimbulkan perbedaan individu.

Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.

Orientasi perkembangan

Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha perkembangan yang bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :

  1. Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan
  2. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan
  3. Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik
  4. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
  5. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.

Orientasi masalah

Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas kekinian’ (Priyatno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.

Menurut ibu Harnawati ada 12 masalah yang harus di layani oleh guru BK sebagai konselor adalah :

  1. Pembimbing/ konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dari prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien
  2. Pembimbing/ konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sendiri.
  3. Pembimbing/ konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling
  4. Pembimbing/ konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani, maupun terhadap profesinya.
  5. Pembimbing/ konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin dalam hal ini dia tidak perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah
  6. Pembimbing/ konselor menguasai pendidikan dasar yang memadai tentang hakekat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna dapat memberikan layanan yang sebaik-baiknya
  7. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan pembimbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang berwenang menafsirkannya dan menggunakannya dan hanya dapat diberikan atas dasar persetujuan klien.
  8. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkannya hasilnya
  9. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
  10. Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus memperlakukannya setaraf dengan informasi lainnya itu.
  11. Konselor memberikan orientasi yang tepat pada klien mengenai alasan digunakannya tes psikologi dan apa hubungan dengan masalahnya

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang Toha Putra

Sucipto dkk. 1994. Profesi Keguruan. IKIP Ujung Pandang .


Sumber: http://meetabied.wordpress.com/2010/11/21/peranan-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan-di-sekolah/

Pentingnya Kurikulum Dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memandang kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan dan keterampilan mereka yang bermacam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk menjalankan hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab diri, keluarga, masyarakat, bangsanya dan turut serta secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya. Selain itu, kurikulum juga sebagai alat untuk menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap, sistem, dan gaya hidup masyarakat.

Orang Islam baik selaku pemerintah, pendidikan pembaharu atau pun pelajar memandang kurikulum sebagai teras dari proses pendidikan dan jalan yang pertama dilalui untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, mereka menaruh perhatian besar untuk menyebarkan pengajaran, meluaskan peluang, memperbaiki kualitasnya dan perhatian pada perubahan kurikulum, kitab-kitab dan metode.

Ciri-Ciri Umum Kurikulum dalam Pendidikan Islam

Ciri-ciri umum pendidikan Islam pada pendidikan Islam yaitu:

  • Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya, dan kandungan-kandungannya, metode-metode, alat-alat, tekniknya bercorak agama.
  • Meluasnya perhatiannya dan mengolah kandungan-kandungannya kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran-ajarannya adalah kurikulum yang luas dan menyeluruh dalam perhatian dan kandungannya.
  • Ciri-ciri keseimbangan yang relatif di antara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni atau kemestian-kemestian.
  • Kecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, tempat latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan bagi mereka yang memiliki kesediaan bakat dan mempunyai keinginan untuk mempelajari dan melatih diri dalam perkara itu.
  • Perkaitan antara kurikulum dalam pendidikan Islam dengan kesediaan pelajar dan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara mereka.

Prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam

Prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam adalah:

  • Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya.
  • Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan kandungan-kandungan kurikulum.
  • Perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan sikapnya.
  • Pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara pelajar-pelajar dalam bakat-bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, dan masalah-masalahnya juga memelihara perbedaan dan kelainan di dalam sekitar dan masyarakat
  • Prinsip perkembangan dan perubahan.
  • Prinsip pertautan dalam antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktiviti yang terkandung dalam kurikulum
Sumber:http://meetabied.wordpress.com

Penerapan Metode Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Pengertian Belajar dan Quantum Learning

Pengertian Belajar

Untuk memudahkan pemahaman mengenai belajar, maka diawali dengan mengemukakan definisi belajar. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 12). Belajar menurut Arthur T. Jersild (dalam Sagala, 2006 : 12) menyatakan yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan sedangkan menurut Gage 1984 (dalam Sagala, 2006 : 13) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Belajar menurut pandangan Skinner 1958 (dalam Sagala, 2006:14) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut pandangan Robert M. Gagne 1970 (dalam Sagala, 2006 : 15) belajar yaitu suatu proses yang kompleks atau perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.

Belajar sangat kompleks dari berbagai macam kegiatan seperti mendengar, mengingat, membaca, berdemonstrasi, berbuat sesuatu dengan menggunakan pengalaman, maka dapat dikatakan bahwa proses yang dihasilkan suatu perubahan individu yang belajar dalam bentuk tingkah laku disebut hasil belajar.

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetapa. Oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi proses belajar, apabila seorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda.

Pengertian Quantum Learning

1) Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Artinya semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisik kuantum energi adalah hasil kali massa dengan kuadrat kecepatan cahaya yang dapat ditulis dalam bentuk persamaan E : Mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Jadi, sebagai siswa tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya : interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Reporter, 1999 : 16)

2) Pemercepatan belajar (accelerated learning) didefinisikan sebagai : “Memungkinkan siswa untuk belajar dengan pemercepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Semua unsur ini bekerja untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Reporter, 1999 : 14)

3) Quantum Learning adalah seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.

Metode Quantum Learning

Sejarah Metode Quantum Learning

Pembelajaran quantum dimulai di supercamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan learning forum yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgy Lozanov, seorang pendidik berkebanggaan Bulgaria yang bereksperimen tentang “Suggetology”. Prinsipnya adalah sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu. Menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan sambil menonjolkan informasi. Selain itu, disediakan guru-guru yang terlatih baik dari segi pengajaran maupun lainnya, sehingga dengan cara ini diharapkan memberikan hasil belajar yang optimal dan akan meningkatkan prestasi (Reporter, 1999 : 14)

Metode Quantum Learning

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran dewasa ini, pembelajaran quantum learning termasuk baru diterapkan dalam pembelajaran. Melalui cara ini siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri, merasa berhasil dalam hidup mereka dan bergembira, yang semuanya dalam waktu yang bersamaan (Reporter, 1999 : 2)

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif. Faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan. Para pendidik mengetahui penggunaan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan positif. Melalui metode ini, juga dapat menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang, sehingga siswa mampu mengoptimalkan cara belajarnya untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan.

Metode quantum learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan berekspresi dalam belajar sesuai dengan tipe belajar masing-masing dan memasang musik latar untuk menciptakan suasana yang santai. Musik sangat penting untuk lingkungan quantum learning, karena sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologi kita. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Gelombang otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan jika dengan musik yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah menurun, gelombang otak melambat dan otot-otot relaks (Reporter, 1999 : 72).

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa quantum learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dengan berusaha mengombinasikan pekerjaan mental yang menekankan dengan fisiologi relaks, sehingga siswa merasa gembira dalam belajar yang nantinya melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa.

Download Metode Quantum Learning Disini

Sumber:http://meetabied.wordpress.com

Jadilah Guru Yang terbaik

Jumat, 03 Desember 2010

John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.

1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
2 Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.

Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/06/06/jadilah-guru-yang-baik-tujuh-hukum-mengajar/